KOMPETENSI DASAR
3.8 Menganalisis Strategi dan Bentuk Perjuangan Bangsa Indonesia Dalam Upaya Mempertahankan Kemerdekaan Dari Ancaman Sekutu dan Belanda
Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945 ternyata belum mencapai titik akhir. Pihak asing masih berusaha
menguasai Indonesia kembali. Tanggal 8 September 1945 datang anggota misi
Sekutu yang dikirim oleh SEAC (South East Command) yang bermarkas di
Singapura untuk mempelajari dan melaporkan keadaan Indonesia untuk pendaratan
Sekutu. Selanjutnya juga datang rombongan yang merupakan wakil dari Panglima
SEAC dan wakil dari Van Mook. Kedatangan rombongan tersebut membuat Sekutu
terkejut karena mendapat kenyataan bahwa Indonesia sudah merdeka.
Tak
lama setelah itu, pada tanggal 29 September 1945, tentara Inggris mendarat di
Jakarta. Kedatangan tersebut dipimpin oleh Sir Philip Christison sebagai
panglima besar AFNEI (Allied Forces Nederland East-Indie). Tujuan AFNEI
datang ke Indonesia adalah melindungi dan mengevakuasi para tawanan perang
serta melucuti senjata tentara Jepang.Kedatangan tentara Sekutu mendapat
berbagai tanggapan dari bangsa Indonesia. Situasi semakin memanas ketika
diketahui Sekutu datang bersama NICA (Netherlands Indies Civiele
Administration) untuk berkuasa kembali di Indonesia. NICA merupakan
pemerintahan sipil bentukan Belanda yang semula dalam pelarian di Australia.
NICA berusaha mempersenjatai KNIL (Koninklijk Nederlandsch Indische Leger)
yang baru saja dibebaskan dari tahanan Jepang. Rakyat merasa tidak dihormati
oleh kehadiran mereka sehingga muncul berbagai perlawanan di berbagai daerah
seperti Surabaya, Bandung, Medan dan Ambarawa.
Selain melalui jalan perang untuk
menggagalkan tujuan Sekutu di Indonesia, dilakukanlah jalan diplomasi. Perdana
Menteri Sutan Sjahrir dengan Kabinet Sutan Sjahrir I segera mengadakan kontak
diplomatik dengan pihak Belanda. Pihak inggris mencoba mengambil jalan tengah
dengan berperan sebagai penengah dalam masalah Indonesia dan Belanda. Dalam
masalah ini Inggris mengirimkan Sir Archibald Clark Kerr dan Belanda
mengirimkan Dr. H.J. van Mook.
Perundingan
antara kedua belah negara terasa sangat sulit menemukan titik terang. Perjanjian Linggarjati yang dilakukan pada 10 November
1946, diingkari oleh Belanda dengan adanya Agresi Militer I pada 21 Juli 1947. Setelah
itu masih dilakukan upaya perdamaian melalui jalan diplomasi dan menghasilkan
sebuah perjanjian yang dikenal sebagai Perjanjian Renville. Seperti
halnya Perjanjian Linggarjati, Perjanjian Renville mengalami nasib yang sama. Perjanjian tersebut diingkari Belanda dengan melakukan Agresi
Militer II pada tanggal 19 Desember 1948. Serangan
dalam agresi militer kedua ini tidak membuat TNI lemah, meskipun telah
dilakukan penangkapan pimpinan politik Republik dan penaklukan seluruh Jawa
termasuk ibu kota Republik di Yogyakarta. Para pejuang dapat meloloskan diri
dan semakin mengintensifkan serangan balik dengan berbagai teknik dan taktik
gerilya yang sudah mereka kuasai. Perang gerilya dilakukan secara besar-besaran
dan berkobar di seluruh wilayah Republik Indonesia tidak terkecuali Jawa Timur.
Berikut ini salah satu
peristiwa penting dalam mempertahankan kemerdekaan yang terjadi di Kabupaten Malang.
Materi selanjutnya dapat disimak dalam leaflet yang ada di bawah ini.
Leaflet ini dapat diakses lebih jelas melalui link berikut ini :
https://drive.google.com/drive/folders/17ZQHAWd2C0_NkwNnei0YryjCdvEy6lAy?usp=sharing
Siswa dapat menjawab evaluasi yang ada di dalam leaflet sebagai latihan dan menguji pengetahuan yang di dapat.